Tentang Dia
Tentang Dia
Dia yang terlalu indah hingga tak
dapat kugambarkan dalam kata. Dia juga yang terlalu dekat tapi seperti tak bisa
ku sentuh seperti ada yang menghalangi. Debar hati yang selalu mengikat kakiku,
membuat mulutku seakan terkuncin tapi mataku selalu ingin mencarimu mengunci
dalam mataku tak ingin kau menghilang karena hati akan merasa rindu.
Waktu terus belalu, aku nikmati
tiap detik yang bisa kugunakan untuk memandangmu hingga tiap detik yang
kuhabiskan untuk sekedar merindukanmu.
Bodoh mungkin, tapi aku taktau harus apa untuk melawan hati, aku terlalu lemah
untuk mengajuhkan detakan jantung yang membuat dunia serasa indah disaat mataku
dapat menangkapmu.
Seperti yang kukatakan sebelumnya
aku tidak mampu untuk mendekat kearahmu, sekedar menyapapun aku tak sanggup.
Hanya menggumimu dari jauh itu yang aku mampu. Dan keadaan juga seakan tidak
memberi kesempatan untuk lebih dekat denganmu dan yang membuatku semakin merasa
mris adalah sepertinya kau tak memiliki sedikit tertarik padaku.
Sudah hamper 5 bulan aku
menyimpan rasa sendiri, membuang keinginan akanmu dalam hati meski tak
kupungkiri itu masih tetap ada. 2 minggu kedepan bimbingan belajar untuk
semester ganjil akan selesai, aku sedikit senang akan hal itu setidaknya aku
bisa mencari alasan untuk pindah ketempat bimbingan lain pada orangutan untuk
menghindarimu dan berharap hari akan luluh meminta pikiran untuk berhenti
memikirkanmu.
“Nis, mau lanjut les disini gak?”. Aku menoleh kearas
Rianti. Salah satu orang yang dekat denganku dibimbingan belajar.
“Sepertinya tidak, kamu Ri lanjut?”. Aku kembali bertanya.
Dia hanya menggangguk sebagai tanda jika ia akan lanjut belajar disini.
“Memangnya kenapa tidak lanjut, nanti ada yang sedih loh”.
Aku menatap aneh kearah Rio, yang kebetulan duduk dibelakangku dan aku yakin
jika ia menguping obrolanku dengan Rianti.
“Sedih?”. Aku sedikit menekan ucapanku, aku ingin dia lebih
menjelaskan apa maksudnya.
“Atur, Anisa gak lanjut bimbingan belajar disini lo bakalan tetap datang tiap hari kan
kalau dia gak ada”. Aku bingung dengan apa yang diucpkan oleh Rio, aku sedikit
menatap kearah Atur dan aku menangkap rasa bingung diwajahnya.
“Emang aku siapanya, itu terserah dia dong mau pindah atau
gak”. Aku sidikit merasa sakit dengan jawaban itu, apa tidak bisa sedikit
berpura-pura peduli atau bertanya alasanku tidak tetap disini tapi sepertinya
aku terlalu berharap akanmu.
Komentar
Posting Komentar