Aku yang Terlalu Mudah Jatuh

Aku yang Terlalu Mudah Jatuh
Wilda, mahasiswa semester 3 akuntansi di salah saatu universitas swasta Bandung. Melihat sekelilingku, ‘Lumayan banyak juga yang mendaftar’ Wilda berucap dalam hati. Wilda sedang mengikuti pendaftaran untuk UKM Press Mahasiswa (PresMa). Wilda sangat berharap bisa masuk organisasi itu karena selain ingin mengetahui program studinya, ia juga ingin mendalami press karena itu merupakan hobbynya.  

Wilda memandang telepon genggamnya dari sejam yang lalu hanya, dengan jantung yang sedikit berdebar. Wilda sedang menunggu pengumuman kandidat yang lolos ketahap wawancara UKM Press mahasiswa. Tring, bunyi telepon genggam wilda, dengan segera diraihnya dan segera melompat ketika ia menyadari jika ia lolos ketahap wawancara. 

Menatap dengan sedikit gemetar senior yang ada dihadapanya, ya Wilda saat ini sedang duduk berhadapan dengan salah satu seniornya di UKM PresMa, Rafael namanya. Dengan hati-hati Wilda menjawab setiap pertanyaan dari alasan mengapa ingin bergabung dengan UKM ini hingga pengalaman apa yang ia miliki dalam dunia press dan serta posisi apa yang ia inginkan jika diterima.Wilda sangat ingin menjadi penulis dibagian rubik majalah selain dia memiliki pengalaman sebagai pengisi mading saat SMA dulu dia juga sangat suka membuat  puisi dan cerpen, hingga ia tepat untuk mengisi rubik Majalah.

Satu minggu menunggu dan Wilda dinyatakan lolos, dan hari ini adalah hari pertama perjumpaan Wilda dengan para pengurus dan anggota UKM Pres Mahasiswa. Orang yang ia tahu dan kenal masih senior yang mewawancarainya tempo hari, Rafael. Ketika menattap orang ada rasa senang dalam hati Wilda dan tanpa ia sadari ia sedang memuji paras orang itu dalam hatinya.

"Hai, masih ingat aku kan?". Rafael menyapa Wilda, yang kelihatan seperti orang nyasar dari tadi, kebingungan dengan sekitarnya. 

"Haijuga kak, kak Rafael". Wilda menjawab dengan suara lembut dan senyum yang diusahakan terlihat manis, dan ia sadar jika jantungnya kini bergetar kencang.

"Sudah kenalan sama berapa orang?". Rafael bertanya, ingin tahu sejauh mana gadis itu mencari teman di UKM ini. Anisa menggelengkan kepala tanda ia belum melakukanya.

"Ikut aku yok, aku kenalin kesemua". Anisa menggangguk tanda ia setuju dengan tawaran itu. Ada sekitar 30 orang keseluruhan anggota dan pengurus UKM tersebut dan setengahnya sudah deajak berkenalan oleh Wilda dengan bantuan Rafael tentunya.

Yang menjadi topik pertama yang akan muncul dalam majalah Mapres adalah yentang "Makrab Mahasiswa Baru". Meski Wilda tidak ikut meliput saat itu, dan dia adalah bagian dari Makrab itu ia sedikit bisa menulis tentang topik itu yang disepurnakan oleh Koordinator Majalah yang tak lain adalah Rafael.

Wilda semakin sering bertemu dengan Rafael, entah itu membicarakan tentang majalah ataupun sekedar berjumpa dalamlingkungan kampus, hal itu membuat mereka menjadi lebih dekat.Wilda merasa nyaman dengan Rafael, orang itu baik dan juga tidak terlalu banyak cakap sesuai dengan hal yang diinginkan oleh Wilda jika berbicara mengenai tipe idealnya.

"Wil, kamu ada hubungan yah sama kak Rafael?". Anisa terbatuk ketika mendengar pertanyaan Pina, temanya itu.

"Gak kok, emang kenapa kamu bilang begitu Nis?". Anisa memberhentikan acara minum jusnya dan kini fokus pada Anisa.

"Heran aja sih Wil, masa kalian dekat gitu gak ada rasa? Ia gak Pin?. Anisa mencoba menanyakan pendapat Pina, teman Wilda yang lain. Pina hanya mengangguk, tanda ia setuju dengan pendapat Anisa. Wilda hanya tersenyum melihat kedua temanya itu.

"Atau kamu ada rasa sama dia yah?". Selidik Pina dengan sedikit menyipitkan matanya. Wilda hanya mengangguk lalu tertawa, yang berakhir dengan senyum malu-malu ketika Pina dan Anisa menggodanya dengan kata-kata "Cieeeeeeee".

Wilda melihat hasil majalah pertama yang telah terbit untuk periode bulan oktober, dia bangga dengan hasil itu meski  karyanya dalam majalah itu masih sedikit, dan apa yang ia tulis kemarin banyak yang tidak muncul, 2 artikel yang muncul banyak yang direvisi. 'Masih awal, jadi gak apa-apa', anisa bergumam dalam hati.

Wilda menatap ke sekret UKM Presma, sekret itu telihat sepi hanya ada beberapa orang yang sedang sibuk sendiri. Wilda coba mendekat, menyapa setiap orang yang disana, meski ini terasa sungkan tapi ia harus lebiih berani agar jika ada kerja sama akan lebih muda.

"Hai, Aldo, Dinda". Sapa Wilda kearah salah satu laki-laki yang sibuk dengan cameranya.

 "Hai Wil, kak Rafael mana?".Wilda sedikit bingung, megapa menanyakan kak Rafael kepadanya.

"Biasanyakan kalian selalu sama Wil, tumben juga kamu ke sekret padahal gak ada kak Rafael".
Wilda memilih diam tak menjawab pertanyaan Aldo.

"Kalau maksud kamu Do, Wilda punya hubungan sama Kak Rafael gak mungkin, dia kan sudah punya pacar". Dinda yang juga ada didekat Aldo ikut menimpali percakapan dua orang itu. 

"Serius". Alda masih Ragu.

"Namanya Gabriella, Anak Seni Musik, seeminggu depan kita nggeliput acara FBS kan nanti aku tunjukkan disana, kamu udah tau kan Wilda.". Wilda hanya menggangguk, padahal ia baru tau hal itu tadi, sejak ia dekat dengan Rafael tidak pernah ia diberitahu soal itu.

Sejak mendengar hal itu dari Dinda, Wilda mulai menjaga jarak terhadap Rafael jika itu buka hal penting ia tidak akan menemui orang itu.

Tiba saatnya UKM PresMa untuk meliput acar LombaMusikalisasi yang diadakan oleh FBS, dan sesuai dengan janji Dinda memberitahu yang mana gadis bernama Gabriela itu, wanita itu memiliki paras cantik, tubuh yang indah dan ahli dalam menari dan memainkan musik biola juga, siapa yang tak tertarik dengan wanita seperti itu.

"Hai Wil.". Wilda melihat kearah suara itu.

"Ya, kak Kenapa". Wilda tersenyum meski sedikit kesal akan orang itu.

"Maaf yah, kalau beberapa saat ini aku buat kamu gak nyaman, aku bukan pemberi harapan palsu, atau laki-laki yang suka membuat seseorang baper dilain waktu dia masih punya yang lain, aku tertarik sama kamu, aku juga merasa nyaman, tapi aku masih memiliki hubungan dengan Gabriella dan akau masih bingung dengan perasaan aku sama kamu." Rafael berhenti sebentar.

"Kasih aku waktu, aku masih butuh waktu untuk menyakinkan hati, apakah masih bertahan atau sudah berpindah, kamu bisa menunggu jika ingin menunggu, boleh juga berpaling jika menemukan tempat lain untuk singgah". Rafael menjelaskan dengan panjanglebar, sedangkan Wilda hanya terdiam.

Wilda hanya tersenyum, tidak tau harus mengatakan apa-0apa hingga ia coba dengan sekuatt tenaga.
"iya kak, aku gak apa-apa, makasih sudah jujur tetapi harusnya dari awal". Wilda menarik nafas bagaimana dia tidak apa-apa dalam kondisi seperti itu.

"Aku pergi dulu kak, mau bantuin Aldo sama Dinda untuk dokumentasi". Wilda berlalu, masih ada sedikit sakit dalam hatinya. Tapi tak apa, jika dalam takdirku memangg ada dia, kami akan bertemu kembali, tapi aku berharap kau tak tertulis dalam takdirku, aku berharap ini hanya pelajaran untukku agar tidak mudah untuk jatuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekerjaan untuk kamu yang suka menulis

Website untuk mengkompres PDF

Batik